Badan SAR Nasional (Basarnas) menghadapi kendala dalam menggunakan alat berat untuk mengevakuasi korban yang tertimpa bangunan Musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Emi Freezer, Kepala Sub Direktorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia Basarnas, menjelaskan bahwa penggunaan alat berat akan memiliki dampak lanjutan yang merugikan. Hal ini disebabkan oleh struktur reruntuhan yang terhubung dengan gedung di depan, sehingga penggunaan alat berat dengan lifting capacity tinggi dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
Gedung yang ambruk diidentifikasi sebagai akibat dari kegagalan konstruksi, dan proses evakuasi sudah berhasil mengevakuasi 11 korban dari sektor A1, A2, dan A3 (lantai atas). Tim penyelamat berusaha menyisir titik-titik yang sulit diakses, dengan 6 titik yang masih sulit dijangkau. Mereka berusaha menyelamatkan korban yang masih memberikan respons dalam waktu kritis 72 jam, tanpa mengubah konstruksi yang dapat membahayakan lebih banyak korban.
Emi memohon izin untuk menjalankan operasi penyelamatan dengan aman, karena intervensi yang kurang hati-hati dapat merubah pola reruntuhan dan membahayakan korban yang masih tertahan di dalam. Tim penyelamat menjalankan pendekatan yang hati-hati dan mengikuti rekomendasi analisis ITS untuk menghindari risiko tambahan saat melakukan evakuasi korban.