Eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara NATO yang berbatasan langsung dengan Rusia, seperti Estonia. Mereka menyatakan kesiapan untuk menampung jet tempur F-35A yang dapat membawa senjata nuklir, sebagai langkah untuk meningkatkan postur pertahanan di wilayah Baltik. Meskipun ini dianggap sebagai langkah penting bagi NATO, keputusan Estonia disambut dengan kecaman dari Kremlin, yang melihatnya sebagai ancaman terhadap keamanan mereka.
Inggris, sebagai sekutu NATO lainnya, juga berencana untuk membeli F-35A dan bergabung dalam misi nuklir NATO, memungkinkan Angkatan Udara Inggris bergabung kembali dengan misi nuklir dwi-fungsi setelah lebih dari empat dekade. Saat ini, pesawat F-35 Inggris hanya terdiri dari varian F-35B yang tidak digunakan untuk misi nuklir, sehingga akuisisi jet F-35A diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pertahanan mereka.
Jet tempur F-35 telah beroperasi di Eropa sebagai bagian dari misi nuklir NATO dan berasal dari negara-negara seperti AS, Belanda, Belgia, Italia, dan Jerman. Negara-negara ini harus memenuhi persyaratan khusus untuk menampung jet tempur dengan kemampuan serangan nuklir, seperti infrastruktur dan keamanan yang sesuai dengan standar AS. Belanda merupakan contoh pertama negara non-AS di Eropa yang F-35A-nya telah memiliki kemampuan serangan nuklir, dengan negara lain seperti Belgia, Italia, dan Jerman juga berada dalam proses serupa.
Dengan dinamika global yang terus berubah, langkah-langkah ini menunjukkan upaya konsolidasi dan kesiapan negara-negara anggota NATO untuk menghadapi ancaman yang ada dan masa depan. Pernyataan kesiapan Estonia untuk menampung jet tempur F-35A menjadi bagian dari persiapan masa depan sebagai tuan rumah NATO yang bertanggung jawab, dengan harapan dapat memperkuat kehadiran dan pertahanan NATO di wilayah Baltik dan sekitarnya.